Halo sahabat pembaca blog ini. Kali ini saya mendapatkan tugas matakuliah softskill yaitu "Menggali Potensi Diri Sendiri" berdasarkan pengalaman pribadi. Sejujurnya saya sangat tidak senang sekali membahas apa yang ada di kehidupan saya sendiri, namun karena ini tuntutan tugas yang wajib dikerjakan mau tidak mau saya harus mengerjakannya.
Sebelumnya mungkin saya tidak pernah mengenalkan diri saya siapa di blog ini karena saya menggunakan blog ini hanya untuk sekedar memposting tugas-tugas softskill yang diperintahkan oleh dosen. Maka dari situ saya akan memperkenalkan diri saya secara lengkap dan juga beberapa keluarga yang saya miliki.
Saya merupakan pria berumur 22 tahun, desember besok saya sudah mau 23 tahun, saya anak kedua dari 2 bersaudara perempuan berumur 16 tahun. Sudah terlihat bahwa saya adalah anak pertama yang tentunya diharapkan dapat menjadi pemimpin untuk adik perempuan saya kelak Saya lahir dari keluarga yang bisa dibilang mempunyai latar belakang biasa-biasa saja, orang tua yaitu Bapak bekerja sebagai pegawai swasta di sebuah industri otomotif di Jakarta, Ibu bekerja sebagai ibu rumah tangga dan terakhir adik perempuan saya yang mengecap pendidikan SMA di depok.
Saya merupakan orang yang dapat dipercaya, yang tentunya dipercaya dalam beberapa aspek, seperti saat orang tua memberikan amanah untuk mengerjakan sebuah tugas yang mungkin tidak bisa mereka lakukan, maupun mendengarkan cerita - cerita teman saya yang pastinya harus dirahasiakan. Namun disisi lain saya juga mempunyai sifat tidak mempercayai orang lain sepenuhnya, karena pernah suatu ketika pada jaman saya masih SMP saya mempunyai sebuah masalah dan saya ceritakan masalah itu ketemanan besoknya cerita tersebut sudah tersebar ke teman-teman saya yang lain. Dari situ saya mempunyai prinsip "be careful who you trust" yang membuat saya hanya percaya kepada tuhan & keluarga kandung saya sendiri.
Orang tua pernah memperingatkan saya bahwa pada saat saya pertama kali bertemu seseorang dimanapun, jangan pernah membuat tatapan yang membuat orang lain tersebut menganggap diri saya sebagai musuhnya, karena saya akui itu merupakan kelamahan saya dahulu saat saya masih smp dan juga sekarang. Namun itu semua sudah saya coba untuk menguranginya dan nyatanya itu berhasil saya lakukan. Tetapi dari situ semua teman yang sudah merasa dekat dengan saya memaklumi sifat saya yang seperti itu, karena setelah berkenalan saya termasuk orang yang mudah diajak bicara, pendengar yang baik dan juga pandai itu memberikan nasihat jika teman-teman saya mempunyai sebuah masalah.
Kehidupan saya sekarang juga telah mengalami berbagai macam pengalaman yang mungkin tidak bisa semua saya ceritakan disini, namun ada satu pengalaman yang mungkin sampai sekarang tidak bisa saya lupakan dan juga menjadi motivasi hidup saya sekarang.
Saat saya masih sekitar umur 10 tahun, saya mengikuti perlombaan sempoa untuk tingkat nasional yang diadakan di mall cinere. Mungkin sahabat pembaca sudah atau belum mengetahui apa itu sempoa. Sempoa merupakan alat hitung sederhana yang bahannya terbuat dari kayu. Sahabat pembaca bisa mencarinya di internet untuk bentuk dari sempoa itu sendiri. Seingat saya perlombaan dimulai jam 10 pagi, namun diperintahkan dari guru saya untuk datang 1 jam sebelum lombanya dimulai. Saat saya sudah sampai disana jam 9, sudah banyak sekali orang yang hadir untuk mengikuti perlombaan tersebut. Dari tempat sempoa yang saya ikuti, saya termasuk 4 orang yang mewakili karena pada saat itu untuk lulus dari tempat les yang saya ikuti harus mengikuti perlombaan yang ditawarkan nantinya oleh sang guru. Tingkatan sempoa untuk saya sudah sampai 10b yang tentunya jika saya sudah mengikuti lomba nantinya tentu saya sudah bisa lulus dari tempat les sempoa tersebut.
Saat perlombaan sudah dimulai, suasana sangat hening sekali karena dari panitia sendiri diperintahkan untuk yang menonton diharapkan untuk diam agar kontestan bisa fokus pada soal yang diberikan. Waktu yang diberikan diberikan selama 45 menit untuk mengerjakan 50 soal yang didalamnya terdapat pembagian, perkalian, pertambahan, dan pengurangan. Pada saat ujian konstestan tidak boleh menggunakan alat bantu sempoa untuk menghitung karena ditinggkatan nasional sudah tidak boleh menggunakan sempoa hanya menggunakan bayangan yang ada pada otak kita untuk menghitungnya. Waktu terus berlalu sampai ketika di menit 30 saya sudah menyelesaikan soal yang diberikan. Saya melihat 3 teman saya yang ikut juga sudah menyelesaikannya. Dari panitia sendiri sudah mengingatkan bahwa jika sudah menyelesaikan soal sampai 50, konstestan boleh menunjuk tangan untuk memberikan pesan bahwa kita sudah selesai. Namun apa yang saya lakukan di menit - menit sisa mungkin menjadi hal yang mungkin saya tidak bisa lupakan sampai sekarang, ibu saya bercerita bahwa di menit - menit sisa saya menari - menari tidak jelas entah apa yang saya lakukan pada saat itu saya juga sudah lupa tariannya. Seharusnya saya memeriksa kembali jawabannya agar memastikan tidak ada yang salah. Nasib sial menimpa saya pada saat tinggal 8 menit perut saya terasa amad sakit dikarenakan paginya saya mungkin terlalu banyak makan yang membuat ingin pergi ke toilet. Dengan terpaksa saya menunjuk tangan untuk segera mengakhiri karena sudah tidak kuat lagi menahannya. Yang saya ingat, saya orang pertama yang menunjuk tangan dikarenakan masih ada beberapa kontestan yang masih memeriksa kembali jawabannya Sekitar jam menunjukkan jam 1 siang pengumamam hasil diberikan dan sesuai dugaan saya bahwa saya tidak menjuarainya. Juara 3 yaitu juara terakhir memiliki point benar 45 yang dimana saya mempunyai point selisih 1 darinya yaitu 44. Dari situ saya sangat menyesal sekali dengan apa yang saya perbuat yang seharusnya bisa menjuari.
Dari situ orang tua memberikan arahan bahwa kita sebagai manusia harus pintar - pintar memanfaatkan waktu yang ada agar nantinya tidak menyesal di kemudian hari. Pengalaman tersebut akhirnya menggali sifat saya yang sangat tidak menyukai keterlambatan dalam berbagai hal, contohnya saat kita sudah janjian ingin bertemu seseorang sebisa mungkin saya datang lebih awal dari yang dijanjikan. Karena dengan waktu yang kita tidak sia - sia kan, waktu lebih nya kita bisa melakukan berbagai macam hal yang bisa kita manfaatkan.
Mungkin cukup sekian cerita yang dapat menggambarkan siapa saya dan juga keluarga yang saya miliki.
Terima kasih atas waktunya .